Berbeda dari saudara-saudaraku yang lain, aku lemah, tak berdaya , selalu diremehkan, dipilihkan, dikawal, dijaga, dan diawasi. Segala tindakanku selalu harus mendapatkan persetujuan. Sedangkan kakakku bebas melakukan apa yang mereka inginkan.
“Pak, Bu apa salahku?, apa karena aku anak bungsu?” brontakku saat orang tuaku melarangku mengikuti kejuaraan basket tingkat nasional.
Meraka tidak bisa memberikan alasan, hanya kata TIDAK yang mereka lontarkan untuk melarangku.
“Apa karena aku perempuan Pak, Bu?” protesku menjadi-jadi meminta penjelasan.
Tidak ada jawaban dari mereka, aku ditinggalkan sendirian di ruang tamu. Meraka berpikir bahwa aku adalah anak kecil yang harus mengikuti kemauan mereka.
Aku tidak pernah punya kesempatan untuk berpendapat apalagi memilih.
Terkadang aku pun menyalahkan Tuhan, kenapa dulu aku tidak disuruh memilih untuk terlahir sebagai laki-laki. Ini benar-banar tidak adil bagiku!.
***
Satu kekuatan yang membuatku masih mau menjadi perempuan adalah masih ada yang menghargai aku sebagai perempuan. Keluargaku memang keras tapi akibat dari itu aku bisa menjadi kuat, walaupun sebagai pemberontak yang sukses dan pembangkang keras. Inilah aku, seorang wanita kuat yang selalu dijaga tapi aku juga menjaga dengan keanggunanku, selalu diperhatian tapi selalu memperhatikan dengan mata batinku, selalu dipilihkan tapi aku juga memilih dengan nuraniku.
Tidak ada yang bisa membatasi kemauanku kecuali diriku sendiri. Aku bangga menjadi perempuan, walaupun hanya perempuan biasa, kehidupan yang biasa tapi aku selalu memandang hidupku ini luar biasa.
Komentar
Posting Komentar