Langsung ke konten utama

Penyakit “Seklah”

Cahaya masuk melalui celah-celah ventilasi jendela, tanda kalau hari telah siang. Mata pun pelan-pelan kubuka. Kertas putih masih ada di pelukanku. Aku masih berpikir dalam hati, sembari mengumpulkan jiwa-jiwaku yang baru melayang-layang ke dalam alam mimpi.
Kok sepi ya, pikirku dalam hati. Kugerakkan kepalaku ke kanan. Ternyata temanku juga masih tetidur lelap.  Tiba-tiba aku teringat kalau tadi aku mau belajar, kok malah tidur. Bergegaslah aku mencari ponselku. Dimana ya dia, dimana ya dia?
Oh ini dia. Kutemukan di bawah bantalku.  Pukul 7.45. Aku panik karena belum belajar. Mungkin ini efek sahur kekenyangan. Masih nanti pukul 10.00, waktu ujiannya. Tapi tetap aja walaupun panik aku tetap saja masih ngantuk. Kuambil lagi kertas tadi yang kuletakkan diatas bantalku dan juga buku. Aku pun berpindak ke lantai, agar rasa kantukku sedikit hilang.
Hal yang paling bisa bikin aku ngantuk bagiku salah satunya adalah memandang huruf-huruf alphabet di dalam buku. Bantal pun aku ambil, dan aku merebahkan tubuh ini di lantai dengan tetap mencoba membacanya.
“Beb, bangun.” Suara yang kudengar di dalam mimpiku, yang ternyata suara temenku.
Dengan mata sayup-sayup aku bangun dan kutanyakan padanya, jam berapa sekarang. Ternyata sudah jam Sembilan lewat dikit. Gila, nggak jadi belajar aku.

 ***


Keingatan tadi sebelum subuh (saat sahur). Aku juga bangun telat. Pukul 3 lebih, belum punya makanan yang bisa dimakan dan harus keluar beli. Maklum di kos. Dan hal ini tidak akan terjadi kalau aku di rumah. L Tapi untung masih bisa bisa sahur.
Sehabis sahur, pingin sekali memulai belajar karena tadi malam aku tidak sempat belajar. Tapi seklah (nantilah), ntar aja habis subuh. Akhirnya aku nonton tipi sama temen2, biar bisa ketawa dan bakar lemak. Karena teoriku tertawa itu adalah olah raga. Hhaha J
Waktu subuh pun datang, bergegaslah aku mengambil air wudhu dan menjalankan kewajibanku. Melantunkan ayat-ayat suci pun jadi agendaku berikutnya.  Namun, habis itu. rencanaku untuk belajar tertunda lagi. Aku hanya memegang kertas berisi materi kuliahku di atas kasur dan kurebahkan kepalaku ke bantal. Jadi ngantuk udah konsekuensi. Aku tidur dulu ah, seklah belajarnya bisa ntar pagi. Paling ujian jam 10. Tapi itu yang terjadi yaitu cerita di atas.
Padahal malamnya aku punya banyak waktu untuk belajar. Tapi penyakit malas dan “seklah” terus menyakinkan hatiku. Kalau waktuku masih banyak, so, nyante ajalah.
Giliran udah kaya gini, nah Lho? Nyeselkan. Jadi belajarnya nggak maksimal. Cita-cita jadi pengarang pun tercapai. Don’t Try it.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAMIL DI LUAR NIKAH USIA REMAJA

       I.             PENDAHULUAN Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas yang kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena hamil di luar nikah. Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik, yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Namun, remaja sekarang ini banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan

Sepenggal Kisah Tentang Waktu

Video singkat yang menceritakan seorang gadis yang malas-malasan. Kehidupannya hanya diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Dia pun hampir setiap saat meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat. Dia tidak pernah tidur ketika malam, bukan berarti untuk berdzikir dan bermujahadah pada Allah, tapi malah bermain game, dan melakukakan kegiatan yang sama sekali tidak bermanfaat. Lucunya ketika adzan subuh berkumandang, bak lagu merdu yang menina bobokan dirinya untuk tidur. Al hasil, dia tidak sholat subuh dan parahnya sepanjang paginya dia tidur sampai siang hari. Suatu ketika, di depan rumahnya dia melihat iring-iringan yang tak biasa. Bukan karnaval atau marching band, tapi keranda mayat yang berodakan manusia yang membawa jenazah. Hal ini membuat dia termenung sejenak memikirkan kalau hidup ini akan berakhir. Semua wejangan yang dulu pernah diberikan orang tuanya. Ia sadar kalau selama ini waktunya terbuang sia-sia, padahal Rasulullah SAW mengin

DA’I POPULER DAN DA’I SELEBRITIS

 (Antara Idealisme atau Popularitas) Fenomena aneh di zaman sekarang, pelaksana dakwah (dai) yang dulunya pamali untuk dibicarakan kehidupannya atau mengungkap aibnya karena merupakan pemuka agama. Dai (ustadz atau Kyai) adalah orang yang sangat idealis terhadap agama Islam. Tapi, lihat para dai yang wira-wiri di media terutama televisi, layaknya selebritis semua kehidupannya dipamerkan, tragisnya aib sang dai pun sudah menjadi konsumsi masyarakat. “Yang penting bisa muncul di layar televisi dan dikenal masyarakat luas. Masalah isi dakwah sudah ada skenarionya.” Mungkin pikiran para selebritis dakwah. Bukan hanya itu, orientasi dakwah para dai masa kini sepertinya sudah berbelok dari tujuan awal yaitu menyebarkan nilai-nilai Islam. Tapi sekarang lebih mengarah ke hiburan sehingga muncul dai-dai yang bukan berceramah tetapi melawak karena komposisi lawakannya lebih banyak daripada pesan dakwahnya. “Yang penting jamaah senang dengan dengan penampilan dai, masalah isi sedikit saja