Langsung ke konten utama

Gagal Pulang

Surat Buat Ibu/Ayah di Kampung


Sudah hampir sebulan lebih aku tidak pulang untuk mengunjungimu, Ayah dan Ibu. Betapa rindunya hati ini Bu, Yah. Ingin rasa aku dipeluk oleh kalian. Namun apa daya jarak yang memisahkan kita. Tapi yang jelas aku tetap sayang pada kalian dan aku akan pulang dengan membawa kebahagiaan. Itu janjiku.
Sebenarnya, aku tidak bisa kalau setiap minggu tidak pulang. Cuma untuk bulan-bulan ini sepertinya takdir berkata lain untuk anakmu ini. Banyak sekali agenda yang harus Ananda kerjakan dan selesaikan. Mulai dari tugas kuliah, organisasi dan lainnya sudah menunggu.
Awal bulan kemarin sudah terencana kalau aku akan pulang. Namun suatu kabar datang dari teman Ananda, tak tahu itu kabar menjadi kabar baik apa kabar buruk. Ada pelatihan menulis Skenario. Tahu banget kan Bu, Yah, kalau aku sangat ingin banget bisa menulis cerita yang nantinya bisa difilmkan. So, akhirnya agenda pulang pun batal. Aku berangkat ke Jogja untuk pelatihan. Dengan rencana minggu besok aku pulang.
Minggu berikutnya pun aku tidak jadi pulang. Agenda mendadak pun datang. Hari senin dapat kabar kalau ada raker organisasi-ku. Yah, akhirnya nggak jadi pulang lagi. “Aku pulang minggu depan nya lagi dech,” pikirku.
Minggu berikutnya pun  tugas kuliahku menumpuk. Tahu sendiri kan kalau aku di rumah males banget buat ngerjain tugas. So, aku memutuskan untuk tidak pulang lagi. “Moga saja minggu depan aku bisa pulang. Amien,” harapku dalam hati.
Tapi, apa yang terjadi. Minggu berikutnya aku diajakin workshop Radio dan sarasehan FORKOMNAS KPI di Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY). Tahu kan Bu, Yah, kalau aku juga aktifis radio yang pingin banget bisa total di radio. “Ya sudah lah aku pulang minggu depannya lagi,” kabaru kepada Ibu.
Sepertinya aku akan pulang setelah beberapa kali gagal pulang. “Asyek, akhirnya bisa bertemu Ibu dan Ayah yang sangat kurindu.” Bukan hanya Ibu dan Ayah. Aku juga rindu dengan ponakan kecilku, ponakanku yang paling ganteng, si dedek Kavin, ya maklum di ponakan pertamaku dan satu-satunya.
Namun, harapanku pulang minggu ini gagal lagi. Sabtu besok ada acara Missi. Aku pingin pulang tapi ….
Maaf ya Bu, Yah….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAMIL DI LUAR NIKAH USIA REMAJA

       I.             PENDAHULUAN Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas yang kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena hamil di luar nikah. Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik, yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Namun, remaja sekarang ini banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan

Sepenggal Kisah Tentang Waktu

Video singkat yang menceritakan seorang gadis yang malas-malasan. Kehidupannya hanya diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Dia pun hampir setiap saat meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat. Dia tidak pernah tidur ketika malam, bukan berarti untuk berdzikir dan bermujahadah pada Allah, tapi malah bermain game, dan melakukakan kegiatan yang sama sekali tidak bermanfaat. Lucunya ketika adzan subuh berkumandang, bak lagu merdu yang menina bobokan dirinya untuk tidur. Al hasil, dia tidak sholat subuh dan parahnya sepanjang paginya dia tidur sampai siang hari. Suatu ketika, di depan rumahnya dia melihat iring-iringan yang tak biasa. Bukan karnaval atau marching band, tapi keranda mayat yang berodakan manusia yang membawa jenazah. Hal ini membuat dia termenung sejenak memikirkan kalau hidup ini akan berakhir. Semua wejangan yang dulu pernah diberikan orang tuanya. Ia sadar kalau selama ini waktunya terbuang sia-sia, padahal Rasulullah SAW mengin