Langsung ke konten utama

Tak Seperti Wajah Judesnya



Surat Buat Penjaga Perpus


Minggu ke-tiga perkuliahan sudah saatnya rajin-rajin ke perpus dah. Maklum tugas sudah mulai menumpuk dari dosen. Tahu tu dosen kok kompak banget, minggu-minggu awal ngasih tugas. Tapi surat ini bukan buat dosen-dosenku yang terhormat tapi buat penjaga perpus yag semakin hari-semakin tua. Kumisnya juga semakin tebal aja Pak.. hhehe
Beberapa kali sempat dibuat kesal sama petugas perpus gara-gara tak ada buku yang kucari ketika ditanya malah menunjukkan muka masamnya. Huh nyebelin.
Untuk masalah perpus. Memang perpus di fakultasku tergolong minim. Tidak semua buku yang kita inginkan bisa dengan mudah kita temukan. Contohnya hanya ada tiga sampai lima baris rak saja untuk mata kuliah konsentrasiku. Gila banget kan. Ya Khusnu dzon saja, mungkin biar kita beli buku sendiri. Karena buka yang kita beli sendiri kan pasti akan lebih dirawat dengan baik oleh kita.
Iya juga sih. Kalau lagi banyak uang sih tak jadi masalah, bisa aku borong semua buku di Gramedia (hhehe… Lebay dikit). Tapi kalau lagi bokek alias uang kiriman ngandat (macet) dari ortu. Ya terpaksa harus pinjem perpus dulu kan? Dan perpus tak lengkap? Mati aku….
Terus harus pinjem buka sama sapa dong? Masak sama pak perpus yang judes itu. Oh tidak.
Tapi kekesalanku membuat aku berpikir dan teringat tentang Pak perpus itu. Parnah aku sedang mencari Skripsi punya kakak seniorku untuk dijadikan tinjauan Pustaka. Sudah beberapa kali aku memintanya kepada kakak seniorku langsung tapi tidak dikasih-kasih. Dan aku mencoba memintanya kepada pak perpus. Sebenernya itu skripsi belum waktunya dipublikasikan tapi dengan wajah pasrah aku mengatakannya kepada dia untuk meminjam skripsi itu. Mukanya emang judes tapi ternyata baik juga. Dia mengambilkan skripsi yang kumaksud. Tahu nggak, mulai dari rak paling atas sampai rak bawah diambil. Dan ternyata itu ada di rak laing bawah dan di baris paling bawah. #gubrakkk
So, walaupun muka bapak judes tapi bapak tetap baik hati. Lain kali kalau aku punya duit mau deh ngajak bapak oprasi plastic biar tidak di jugde jadi orang judes. Maklum orang-orang kan Judge the book by its cover….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAMIL DI LUAR NIKAH USIA REMAJA

       I.             PENDAHULUAN Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas yang kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena hamil di luar nikah. Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik, yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Namun, remaja sekarang ini banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan

Sepenggal Kisah Tentang Waktu

Video singkat yang menceritakan seorang gadis yang malas-malasan. Kehidupannya hanya diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Dia pun hampir setiap saat meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat. Dia tidak pernah tidur ketika malam, bukan berarti untuk berdzikir dan bermujahadah pada Allah, tapi malah bermain game, dan melakukakan kegiatan yang sama sekali tidak bermanfaat. Lucunya ketika adzan subuh berkumandang, bak lagu merdu yang menina bobokan dirinya untuk tidur. Al hasil, dia tidak sholat subuh dan parahnya sepanjang paginya dia tidur sampai siang hari. Suatu ketika, di depan rumahnya dia melihat iring-iringan yang tak biasa. Bukan karnaval atau marching band, tapi keranda mayat yang berodakan manusia yang membawa jenazah. Hal ini membuat dia termenung sejenak memikirkan kalau hidup ini akan berakhir. Semua wejangan yang dulu pernah diberikan orang tuanya. Ia sadar kalau selama ini waktunya terbuang sia-sia, padahal Rasulullah SAW mengin