Langsung ke konten utama

Indahnya Perbedaan Persepsi



Oleh: Tinwarotul Fatonah
Kebenaran dan kesalahan itu relatif, tidak semua yang benar menurut kita itu benar menurut orang lain dan sebaliknya, salah menurut kita belum tentu salah menurut mereka.
Kata right or wrong is my county perlu kita paham lagi, apakah itu sebuah semboyan atau pertanyaan untuk kita, semisal itu sebuah pertanyaan, “apakah kita akan tetap mengakui negara Indonesia saat salah juga, bukan hanya pada posisi benar”.
Apapun itu kata right or wrong is my county menyatakan suatu pernyataan bangsa yang punya negara dan mengakui negaranya walaupun itu hanya di bibir sebagai formalitas semata untuk kepentingan pribadi.
Konteks semboyan itu merupakan bentuk rasa nasionalisme yang tinggi. Andaikata semboyan itu bisa direlisasikan pasti negara ini akan menjadi negara yang kuat, tidak hanya menjadi negara berkembang akan tetapi negara maju, apalagi negara kita tercinta ini punya sumber daya alam yang memadai bahkan lebih.
Bangsa indonesia itu siapa?, pertanyaan itu bukan hanya dipertanyakan oleh orang asing, akan tetapi bangsa Indonesia itu sendiri. Sungguh ironis fenomena yang ada di negeri kita tercinta ini. Bangsa indonesia seolah-olah tidak sadar atau benar-benar lupa akan statusnya. Mereka yang sadar  dan biasa mengagung-agungkan semboyan itu pun belum tentu bisa meralisasikan apa yang telah diucapkannya.
Kebanggaan bangsa Indonesia terhadap tanah air sendiri juga masih dipertanyakan. Cinta indonesia tetapi lebih cinta negeri orang lain, cinta produk dalam negeri tetapi suka bangga memakai produk negeri orang lain, ikut bangga kalau negeri kita dapat prestasi tetapi jika kalah seolah-olah jadi orang lain yang tidak ingin tahu. Itu baru sebagian potret bangsa yang mengaku cinta tanah air.
Cinta tanah air yang disemboyankan itu juga dipraktekkan dari berbagai segi kehidupan, banyak orang yang membenarkan sesuatu yang salah dengan tujuan karena ini negeriku jadi harus kubela. Berarti rasa fanatisme terhadap negara masih kental. Baik menurut mereka tetapi malah menghancurkan negeri ini perlahan-lahan.
Perbedaan persepsi tentang makna cinta tanah air ini yang sering menimbulkan pro dan kontak. Itulah indahnya kehidupan tapi harus tetap jaga rasa pluralisme. Salah mengartikan arti cinta Indonesia malah bisa jadi senjata makan tuan bagi bangsa Indonesia sendiri. Intropeksi diri, jangan saling menyalahkan bisa menjadi kekuatan dahsyat untuk memperbaiki negeri Indonesia kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAMIL DI LUAR NIKAH USIA REMAJA

       I.             PENDAHULUAN Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas yang kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena hamil di luar nikah. Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik, yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Namun, remaja sekarang ini banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan

Sepenggal Kisah Tentang Waktu

Video singkat yang menceritakan seorang gadis yang malas-malasan. Kehidupannya hanya diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Dia pun hampir setiap saat meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat. Dia tidak pernah tidur ketika malam, bukan berarti untuk berdzikir dan bermujahadah pada Allah, tapi malah bermain game, dan melakukakan kegiatan yang sama sekali tidak bermanfaat. Lucunya ketika adzan subuh berkumandang, bak lagu merdu yang menina bobokan dirinya untuk tidur. Al hasil, dia tidak sholat subuh dan parahnya sepanjang paginya dia tidur sampai siang hari. Suatu ketika, di depan rumahnya dia melihat iring-iringan yang tak biasa. Bukan karnaval atau marching band, tapi keranda mayat yang berodakan manusia yang membawa jenazah. Hal ini membuat dia termenung sejenak memikirkan kalau hidup ini akan berakhir. Semua wejangan yang dulu pernah diberikan orang tuanya. Ia sadar kalau selama ini waktunya terbuang sia-sia, padahal Rasulullah SAW mengin