Mahasiswa diibaratkan sebagai matahari bangsa yang selalu menyinari dan memberi energi bagi bangsanya. Selalu berusaha merubah kondisi bangsa menjadi lebih baik. Akan tetapi perilaku mahasiswa sebagai kaum intelektual, sekarang ini mulai dipertanyakan eksistensinya oleh masyarakat luas mengharapkan pengganti pejabat sekarang yang karakter dirinya hilang.
Keegoisan mahasiswa menutupi kesempatan dalam berproses membentuk karakter dirinya seperti yang diidamkan masyarakat. Mahasiswa cenderung lebih suka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang daripada mengisi waktu dengan hal-hal yang positif. Kuliah hanya dijadikan media kebebasan untuk bersenang-senang dan mencari keuntungan material dari hasil menipu orang tua. Apa hanya itu yang mahasiswa bisa lakukan?
Bukan hanya itu, aktivitas semacam itu hanya dilakukan mahasiswa yang tak bisa memanfaatkan kelebihan dirinya. Kesenangan material ataupun waktu luang untuk santai-santai bukan tujuan utama kuliah, orang tua memberi kepercayaan untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan bisa menerapkannya di masyarakat. Bisa kuliah berarti mempunyai kesempatan lebih untuk mencari sesuatu yang belum bisa kita temukan sebelumnya, salah satunya adalah membentuk karakter diri. Bagaimana caranya?, yaitu dengan cara manfaatkan kuliah sebagai teori dan coba praktekkan di organisasi yang ada di kampus. Akan tetapi sulit dalam pembagian waktunya, malah terbengkalai semua, nilai jeblok dan organisasi bobrok.
Keduanya sebenarnya tidak menjamin pembentukan karakter diri secara langsung menjadi baik. Akan tetapi kontribusi dari keduanya sangat penting, penulis memandang organisasi tidak akan diikuti kalau tidak kuliah. Entah nanti pilihan jatuh di kuliah sebagai akademikus atau organisasi sebagai aktivis, itu hukum alam sesuai kenyamanan yang menjalankan.
Tapi perlu dingat keduanya tidak akan berarti kalau tidak bisa membentuk karakter diri yang ideal. Penulis menyarankan mending tidak kuliah yang penting bisa memimpin masyarakat, melalui pengalaman belajar dari luar akademik saja daripada kuliah menghabiskan uang tidak dapat apa-apa hanya menghabiskan waktu.
Itu pilihan terlalu ekstrim akan tetapi mempunyai nilai plus, rasionalisasinya dana yang digunakan buat kuliah bisa dialokasikan untuk berwirausaha, membuka peluang kerja daripada menjadi S.P, bukan sarjana pendidikan tapi sarjana pengangguran. Akademikus atau aktifis belum tentu bisa sukses spiritual, akan tetapi hanya kesuksesan material.
Komentar
Posting Komentar